Sabtu, 07 November 2015

Guru TK-SMP Datang, Konser 'Jatuh Hati' Raisa Penuh Kejutan

Guru TK-SMP Datang, Konser 'Jatuh Hati' Raisa Penuh Kejutan


Sebuah gelaran bertajuk Konser Jatuh Hati baru saja dihelat sebagai panggung untuk penampilan solo dari penyanyi muda berbakat, Raisa. Ini konser tunggal kedua dari kekasih Keenan Pearce selama ia berkarir.
Show ini terasa berbeda dengan Konser Peran Utama yang diadakan beberapa bulan lalu. Di sini Raisa tampil di depan jutaan pemirsa layar kaca dari SCTV dan disiarkan langsung secara live. Terlebih untuk hal-hal seperti konsep dan rundown.

"Semua nggak bisa disamain kalau konser malam ini, tentu aja pemilihan lagu dan aransemen disesuaikan dengan bintang tamu, orang-orang yang menonton di rumah. Nah kalau konser kayak Peran Utama saya membawakan lebih banyak membawakan lagu selama dua jam full kalau di televisi kan meski disesuaikan dengan durasi," ungkap Raisa saat dijumpai di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (5/11).

mengatakan tema dari konser ini sesuai dengan judul konsernya, Jatuh Hati. Raisa dipersilahkan memilih para bintang tamu yang membuat dirinya jatuh hati untuk tampil bersama di atas panggung.

"Judulnya kan konser jatuh hati basic-nya saya memilih bintang tamu yang membuat saya jatuh hati. Apa lagi saya diberikan kebebasan 100 % untuk memilih bintang tamu sendiri dan itu semua merupakan musisi terbaik di negeri ini sehingga saya jatuh hati. Jadi saya seneng banget bisa berbagai senang, berbagi tegang," paparnya.

Dalam konser kali ini, kedua orangtua Raisa nampak hadir untuk melihat perform cantiknya sekaligus memberikan dukungan. Hal lain yang tak disangka-sangkanya adalah kedatangan dari guru TK sampai SMP-nya.

"Semuanya (yang datang .ed) spesial banget. Yang paling lucu ada guru-guru saya dari TK sampai SMP pada datang. Terus ada sahabat-sahabat saya yang jarang nonton kalau saya manggung," pungkasnya.

Selalu Disebut Dalam Kasus Prostitusi, Tyas Mirasih Angkat Bicara

Selalu Disebut Dalam Kasus Prostitusi, Tyas Mirasih Angkat Bicara

Belakangan, nama aktris dan model Tyas Mirasih kerap dikaitkan dengan kasus prostitusi artis yang melibatkan mucikari RA dan model cantik Amel Alvi. Namanya selalu identik dengan inisial TM, bersama inisial AA (Amel Alvi) dan SB (Shinta Bachir).
Namun ternyata, wanita 28 tahun ini merasa sangat risih dengan segala pemberitaan di luar. Terlebih, beredar pula tarif bookingan yang melibatkan namanya. Karena itu, wanita bernama lengkap Mirasih Tyas Endah ini membuat klarifikasi di akun Instagramnya.

Dengan mengunggah ilustrasi 'Listen To Me' ini, Tyas seolah ingin meminta perhatian kepada masyarakat. Ia pun menyatakan jika dirinya tak pernah terlibat dalam kasus mucikari RA ataupun kasus prostitusi lainnya.

"Sore semua teman-teman, sekarang saya mau buat pernyataan dan klarifikasi terkait perkara yang saat ini menyeret nama saya. Alhamdulillah, karena perkara ini sudah berkekuatan hukum tetap, saya akan buat pernyataan dan klarifikasi, bahwa saya SAMA SEKALI TIDAK TERLIBAT dalam kasus RA maupun perbuatan asusila lainnya," tulis Tyas di caption foto ini.

Lebih jauh, Tyas pun meminta kepada media dan pihak-pihak di luar sana untuk berhenti menyudutkan dan membuat berita miring tentang dirinya. "Bahwa, dalam sidang putusan kasus RA, tidak benar nama saya disebut terbukti melakukan perbuatan asusila, maka dengan ini saya minta agar pihak-pihak yang terus menyudutkan saya dengan menyebar berita tidak benar, untuk mencabut dan men-stop pernyataannya terkait pemberitaan tentang saya yang tidak benar tersebut," lanjutnya.

Ia pun meminta maaf kepada para haters dan berterima kasih kepada para penggemarnya yang selalu mendukungnya. "Terima kasih buat para haters, jangan marah kalo diblock karena saya nggak suka Instagram saya isinya hal-hal tidak menarik, dan terima kasih terbesar untuk para fans yang selalu yakin dan support saya dalam keadaan apapun sampai detik ini. Love you all way too much!" tandas Tyas.

Ayu Azhari Terpukau Oleh Keindahan Alam Tambrauw Papua


Ketika beberapa selebritis lebih memilih untuk berlibur keluar negeri, artis senior Ayu Azhari justru memilih untuk berlibur bareng keluarga didalam negeri. Destinasi yang dipilih oleh Ayu dan keluarga adalah Indonesia bagian Timur, yaitu Papua.
Selama ini orang hanya mengenal Raja Ampat jika bicara Papua Barat, padahal ada tempat lain yang tak kalah indah, yaitu Kabupaten Tambrauw. Penasaran dengan keindahan tempat tersebut, Ayu Azhari menyambangi tempat tersebut. Tak bisa dipungkiri beberapa tempat wisata seperti Pantai Werur, Tanjung Werbes, Meossu, Sungai Wowei, dan Batu Kapal menjadi daya tarik Tambrauw.

Meski dikelilingi pesona keindahan yang masih asri, Ayu tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya dengan akses yang masih sulit untuk mencapai tempat wisata di sana. Jalan yang belum beraspal membuat perjalanan darat yang memakan waktu kurang lebih 3 jam menjadi tidak nyaman.



"Disini pemandangannya indah, pantainya bagus tapi sayang jalannya belum terurus," papar Ayu Azhari melalui surat elektronik.

Menurut Ayu, Tambrauw memiliki pesona keindahan alam yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Tapi infrastruktur yang tidak memadai seperti akses jalan yang tidak bagus membuat keindahan alam tersebut sulit dinikmati.

Terlepas dari kekurangan itu, Ayu dan keluarga sangat menikmati liburannya di Tambrauw. Berbagai aktifitas mereka lakukan, seperti berburu kuliner khas sana seperti Papeda sampai memberi makan Rusa dan burung Kaswari.

Ayu yang mengajak Axel dan Isabel dalam perjalanan tersebut mendapat kehormatan untuk tampil dalam malam puncak pesta rakyat untuk menyambut HUT ketujuh Kabupaten Tambrauw, Papua.

Jumat, 06 November 2015

Waiters Hotel

cerita-sex-waiters-hotel

nama gw Ferry, usia gw 30 tahun tinggi 185cm (mantan pebasket gagal) dah agak gendut dikit lahh dan gw seorang Wiraswasta, dan doyan banget ma Gadgets, tanpa menunda2 lagi, gw mo ceritain tentang “Kejadian” ini ma kalian.

Di kota gw tinggal (lampung) gak terlalu banyak tempat tongkrongan seperti cafĂ© atau mall yang kayak di Jakarta, namun Hotel lumayan menjamur dan banyak, bayangkan dalam 1 jalan bisa ada 9 Hotel berturut-turut….. dari semua hotel itu ada 1 Hotel yang gw paling suka buat nongkrong, terutama memanfaatkan WiFi geratis dan berkecepatan tingginya, sebut aja Hotel GA,

selama gw nongkrong di sana, gw notice 1 cewek yang paling menarik perhatian mata gw, hitam manis (gw pikir dia mungkin orang Jawa campuran Lampung) rambutnya panjang, tingginya 150an, gak terlalu Toge Pasar, imut cute proporsional, klo di liating….. man!! gw konak mulu bawaannya, padahal tu baju lengkap +blazernya, tapi baju seragam dia gak bisa nutupin POTENSI dibalik itu semua, namanaya Bella, gw manggilnya nona bella.
flirting, demi flirting yang gak kurang ajar dah berjalan terus sekian lama, karena setiap gw dateng, pasti dia yang ngelayanin gw, bahkan pesenan gw dia apal mutlak, bahkan gw ma dia dah Friend di FB n flirting-flirtingan juga di inbox…… tapi pas ketemuan ya jaim gitu deh, secara gw dah punya bokin waktu itu dan dia masih abege lulusan baru (malu-malu kucrit dahhh), berawalnya petualangan yg “Basah” ini dimulai ketika dia gak sengaja (atau sengaja gw juga gak bisa pastiin) numpahin Orange Juice ke MACBOOK gw…..!!!dongkolnya abis2an n jadi rada kesel n ill fill gitu ma ni anak, mau gw bentak tapi ati gw gak enak, jadinya gw cuman bilang….
“Aduh, ati-ati dong (dengan nada yang loe-loe pada tau dah gimana)”
“ma’af mas, aduh gak sengaja— gak sengaja”
Gw liat bgt tuh muka paniknya kek apa, pucet gak jelas apalagi pas ngeliat macBook gw kagak bisa nyala lagi, trus managerya dateng setengah berlari, si Bella dah nunduk aja siap di hakimi, begitu managernya dateng, si bella di marahin (btw Managernya Cewe juga boyy…… tinggi semampai kek model, tapi mukanya bikin laki Horny) ditengah si Bella di marahin managernya, gw langsung beberes (sambil meratapi MacBook gw yang kuyup….
“Selamat tinggal kawan…..” itu ungkapan gw dalem ati, gak lama gw kembali memperhatikan kejadian “Marah-marah” itu lagi, dan gw liat muka si Bella dah putus harapan minta di gantung gimnaaaaaa gituu, gw juga jadi kasian,
“Udah mbak…….. saya gak apa-apa kok”
gw lirik si Bella yang tiba2 matanya kek memancarkan seberkas harapan dan terimakasih yang mendalam ke gw,
“si bella gak sengaja kok numpahinnya, klo sengaja baru deh saya nguamuk, yah namanya juga apes mbak”
Tapi mas, kami sebagai pihak Hotel merasa perlu /…. bla bla bla bla bla bla” intinya pada akhirnya gw gak nuntut apapun n minta ganti rugi apapun sama pihak hotel dan gw gak mempermasalahkan bella, bahkan gw bilang ke Mangernya yang mukanya bikin konak itu, biarin si bella jgn di kasih sanksi apa2, anggep lah ini semua gak pernah terjadi…
GW LIAT BANGET MUKA SI BELLA kek nemuin pangeran sejati dan rasa bebas yang legaaaaa bgt….
dah, gw pulang dan besoknya gw ngurusin tuh macbook yang ternyata cuman bisa di selametin Hard Discnya, okelah… asal data2 gw selamet, gak jadi masalaha……. gak pake lama gw beli lagi dah MacBook Pro15” yg baru dari toko Computer temen gw di teluk Betung, done…. install ini itu beres, transfer data dari HDD lama ke HDD baru,,,, beresssss dan jam 12 siang sudah mengetuk pintu perutku untuk segera di isi, meluncur lagi lah GW ke Hotel GA yang terjadi insiden.
tebak siapa yang dateng ngelayanin GW?? yess bibehhh Nona Bella, tapi bajunya gak pake Blazer lagi, jadi kek anak trainee gitu, kemeja Putih n rok Hitam (kemeja putih BH merah klo mo lebih detile nya….. NAMPAK kalii lahhh) hehehehehe ternyata dia di Grounded dan jabatannya di turunin (gw gak tau jabatan sebelumnya apa)
“Eh mas. mau pesen apa” dengan paras yang kikuk dan suara yang gundah gulana (gara2 gak enak kali yah)
“Lah nona bella kek gak kenal saya saja, dah gak cinta yahh sama saya??” sambil senyum2
“ehh… iya mass, saya orderin dulu” masih kikuk n kek gak tenang,
gak lama makanana gw dateng dan gw di Hotel itu sampe jam 9 malem (loungenya enak bro…. nyaman bgt buat escape dari kantor)
gw berberes, semua peralatan masuk kedalam tas, dan gw melangkah menuju parkiran.
sesampai gw di Mobil gw, tiba-tiba ada yang manggil gw….
“Mas…. mas Ferry… tunggu mas”
gw nengok lah, dan ternyata si Nona Bella setengah berlari menghampiri gw,
“Kenapa Nona berlari-lari??” bukankah lebih baik nanti aku yang menjemput??” sambil flirting lagi…
disini tiba2 dia manggil gw Kak….. (gw mencium gelagat yang nikmat)
“kak, saya mo bilang makasihh bgt, kakak gak minta saya ganti rugi atau apapun atas kejadian kemarin”
“Ahh udah lah, gak usah di pikirin, lagian tuh Laptop dah uzur juga, jadi saya punya alesan buat beli baru lagi deh” sambil bercanda…
“Bella mau kemana?? Pulang”
” dia nge geleng kepala “Enggak kak, …………… kak boleh nebeng gak” (nebeng bahasa khas lampung utk Numpang)
“Mau kemana kamu dah malem begini?”
ke Way halim kak, ke Rumah” jawabnya singkat…. dalem hati gw… dahh ellaaahhhh, ntu mahh jauh bgt dari arah rumah gw, dan gw agak males tapi ya sudah lah….. dan nampaknya Bella menangkap perasaan itu dari rona muka gw yang dah suntuk.
gw bukain pintu mobil dia duduk di sebelah gw, dan meluncurlah kita berdua di tengah kota Bandar Lampung yang sudah mulai sepi itu menuju Way halim…….
GAK SATU KATA pun yang keluar dari mulut dia, keknya lagi punya banyak pikiran bgt nih anak, dari pada BT gw aja deh yg nanya.
“Bella dah pacaran lum?” Pertanyaan yang mengagetkan bukan?? heheheheheh
dia nengok sedikit ke Gw dan bilang “Belum kak, baru juga lulus SMA” wahhhh asooy nihh….. dalem ati gw,
“kok aneh yah, cewe cantik kek kamu blom pacaran….. saya mah dulu nyari cewe cantik kek kamu susah…. pada laku semua….” gw liat dia senyum… alamakkk senyumnya bikin adem hati, panas Kontol bgt.
entah dari mana mulainya, tangan dia megang tangan gw di Perseneling mobil, DEG…. jantung gw berasa mo copot (anjiiiiirrrrrr bakal dapet perawan ni malem)
“Kak…. Be gak bisa bayar hutang be sama kakak……… tapi Be bisa kasih hati Be buat kakak” (mampusssssss dahhh, gw di tembak Cewe cuyyy) hohohoho gw gak mau keliatan glagapan didepan cewe cantik yang bingung itu,
“Mang berapa kilo hatinya Nona??” heheheheheheh sambil bercanda,
“Be serius kak,…. Be jadi pacar kakak mau kok, Be dari pertama kenal kakak mang dah suka bgt”
“Nona…. cinta itu bentuknya bukan kata-kata” kata gw ………
“kak nanti turun di Rumah Be yah….” “Hah…?? ngapain?? mang gak ada siapa2 dirumah?
“ada nenek sama ponakan2 aja…… (juuu maless dehhhh gw klo banyak orang gitu)
“Gimana klo kita kerumah saya aja??”
“ada siapa kak di rumah?” ……
“ya cuman saya dan rumah saya….” (gw idup sendiri n gak pake pembantu, paling bokin gw yang sering mampir n sesekali bebersih.
“Be malu kak” gw tau ini bakal mengarah kemana….
krn sampe saat ini pun tangan bella gak lepas dari tangan gw, akhirnya gw yang ngelepas genggaman tangan dia dan memberanikan diri untuk meletakannya di atas Dengkulnya sedikit dan berkata
“Gak apa-apa kok, kenapa harus malu??” ….. akhirnya dia ngangguk dan menyetujui keputusan itu, gw putar mobil dan mengarah kerumah gw dgn agak sedikit tergesa.
sesampainya di rumah, gw langsung kunci pintu depan dan melangkah ke kamar tidur gw, nyalain musik soft (kebiasaan boss) nyalain AC dan ambil air minum. dan juga gw ambilin buat bella…. dia duduk di ruang tamu sambil tertunduk dan nampak cemas, dan selagi gw beberes gw sempet denger dia nelpon ke saudaranya mungkin dan bilang klo hari ini dia gak pulang n mau nginep di rumah temennya (aaasiiiiiiiiik)
gw kasih dia minum n ngajak dia keruang makan,
“makan dulu yah, kamu keliatannya lemes bgt” dia ngangguk aja, akhirnya gw bikinin dia nasi goreng dan kami pun makan, setelahnya gw tanya,
“Bella gak mau pulang?? dia nge geleng kepala
“mau nginep?” dia diem… gak ngangguk atau geleng2…….
” ya udah, klo mau nginep satu2nya kamar yang available cuman kamar saya, gak masalah kan bobo sama saya??” dia tetap diam….
gw rengkuh aja tangannya dan menuntun dia ke kamar gw yang besar dan megah… Ranjang Latex custom made 230 X 230 (guede men… bisa main bola keknya) Plasma Tv dan fasilitas hiburan yang sip semua ada di kamar gw…..
“Bella, kamu ganti baju dulu gih, biar tidurnya enak…” seperti sapi di cocok idungnya dia ngeloyor ke kamar mandi gw dan masuk, gak lama kemudian dia keluar dengan sesuatu yang bikin gw terkejut……. tankTop putih (no BH) dan celana Pendek Jins super mini dan ketat dia pertontonkan didepan gw…..
Kon Tol gw langsung Melejit maksimum n bikin gw rada salah tingkah,
“Kak… kamar mandinya keren bgt, pake jacuzi segala, kek di Hotel aja….” gw dah liat dia sepertinya dah cuci muka dan membasahi tubuhnya… jadi keliatan seperti buah segar, gak pake lama, gw nepuk ranjang gw yg kosong isyarat supaya dia rebah di situ…..
setelah dia ada di atas tempat tidur gw,
“Kak,…. be bales pake ini yah?” dia rangkul pundak gw dan langsung duduk di pangkuan gw… wajah kita berdua deket bgt men, sampe gw bisa ngerasain nafasnya n detak jantungnya…….
“Makasih yah kak” dengan satu kalimat itu dia cium bibir gw sekilas…..
matanya berbinar dan rona hasrat ingin di cintai dan dimiliki tergambar jelas sekali, lalu ku cium bibirnya dengan sedikit bernapsu, dan bella membalasnya dengan panggutan yang seimbang, nafas kita berdua berpadu dalam desahan dan lenguhan yang membakar hasrat, AC kamar ku jadi gak terlalu dingin lagi, masih dalam pangkuan gw, gw memberanikan diri meraba buah dadanya yang sebelah kanan dan mendapati Bella mengizinkan tangan ku bermain nakal di putingnya…
“Ahhh shhhh….. kak” suara itu nikmat bgt di kuping gw, gw beranikan diri masukin tangan gw dari bawah tankTop nya….
begitu tangan ini meremas dadanya ciumannya jadi makin liar dan Hot…..dan pinggulnya digoyang2in bikin kon tol gw jadi makin sesek…..
“Shhh haaaaahhh Kak……” lalu bella melepaskan ciumannya untuk turun dari pangkuanku dan berlutut di ranjang ku,
sebelum sempat dia ngapa2in gw langsung berbalik dan mendekap bella dari belakan, dan meraba tokednya dari belakang, tangan bella mengelus-elus telinga kanan ku, sembari lidah dan bibir gw bermain di lehernya… nampaknya bella jadi makin terangsang …
“ahhhhh yaaahhhh……. ahhhhh shhhhhhh uuuhhhmmmm” makin menjadi gairah kita berdua, langsung saja gw lepasin tuh tanKtopnya dan nampaklah kini bukit kembar yang selama ini tertutup oleh blazer, aduhhh gannn Linu bgt dahhhh…… “shhhh ahhhh kak, terus kak……ahhhhh ummmhhhhh” ketika kedua tokednya gw remes-remes napsu…….
tiba-tiba gw ngerasaain tangan kirinya bella dah ada di depan Kontol gw, terhalang resleting celana jins gw, di remes-remes gak karuan rasanya (gak pengalaman broo sepertinya) semakin dia remes2 konthol gw, gw langsung melakukan pembalasan terhadap memeknya, langsung gw selusup kan jari jemari tangan ini menuju liang kenikmatannya yang ternyata dah BASAH bgt,,,,,,, dan dia terpekik cukup keras ketika Memeknya gw pegang utk pertamakalinya,
“AHH ….??”” lalu mulai gw gosok2in klitorisnya
“Ahhh kak…. kak…. ahhhhhhh shhhhh” semakin napsu gw BUNG….. gw balikin badannya dan kini kita sama2 berlutut berhadapan, langsung saja gw serbu bibir leher dan tokednya ampe dia jerit2 kecill…
“aw ahh kak… aduhh geliii… ahhhh ummhhh… kaaakk….. ihhhhh nakal…” semakin bernapsu tangannya Bella mainin kontol gw dari luar,
akhirnya dia buka juga tuh resleting……..dan kancing celana gw juga…… “””” TWEW””””” 17 centi panjang dan 3 centi diameter menonjol dan dia teriak kaget, ……
“Ahhh kak….. gede bgt…… gak muat kak…. shhhh ahhhh” sembari terus gw isep pentilnya……….
lalu gw rebahin dia di bantal dan langsung melorotin celananya, dia ngangkat pantatnya dikit biar gampang (dah napsu abissss)…… gw lalu merebahkan diri persis di sampingnya, dan tanpa di komando lagi, bella langsung pegang kontol gw dan di kocokin dengan gak beraturan, (rada gak enak) tapi dah napsu…….gw pun gak mau kalah, gw mainin juga klitorisnya ampe dia teriak2 nikmat….
“KAAAAK…. aduuhhhh aku mau pipis kak……..” ….
“Biarin aja sayang… pipisin aja……” semakin ku percepat gosokan dan pilinan jari ku,….
semakin dia menggelinjang-gelinjang gak karuan semakin semangat gw jadinya…… langsung aja gw jilatin tuh memek rapet perawan yang basah, dia tampak kaget n jambak rambut gw, tapi tetep menikmati… dan kini semakin menggelinjang gak karuan…
“Ohh kak, kak….ahhhh Ohhhhh……” dan gw bisa merasakan badannya menegang dan lenguhan nikmattt khas waniata orgasme dan gelinjangan pertama kalinya merasakan kenikmatan sex….
persis kek Bokin gw dulu….. lalu dia tergolek lemes lunglai dengan tetap membiarkan lidah gw bermain lincah di klitorisnya….. nampaknya Bela KO…. heheheheheh
gw biarin dia Tertidur dan jam sudah jam 12 malem….. gw selimutin dia dan gw nonton Chanel favorit gw…. Top Gear UK, sementara gw nonton dan lampu kamar gw gw matikan, dan gw dah gak berpikir bakal melanjutkan pertempuran ini karena Bella dah Pingsan…. hehehehehehe, gw menangkap gerakan dari balik selimut yang mengarah ke kontol gw, ternyata Bella dah bangun dan menyelinapkan kepalanya ke kontol gw, masih agak tegang sih, karena gw elus2 terus (nanggung soalnya gak muncrat) dan ketika gw merasakan sensasi itu gw tau Bella lagi kulumin kontol gw…..
“” owwhhhhh…… mantapsss” gw biarin dia ngisepin kontol gw di balik selimut, dan sesekali gw denger suara “Gleg” dan lenguhan ….
“Ehhhh” dari mulutnya….. dan sudah tentu kontol gw siap bekerja lembur kembali……..
gw singkapkan selimutnya, dan langsung gw tarik si Bella ke atas badan gw, yang lagi senderan di ranjang,,, awalnya dia gak ngangkang, akhirnya setelah di beri arahan,,,, dia ngangkan juga, pas memeknya bergesekan dengan kontol gw…. gw kenyot tokednya sambil gw remet-remet pantat kenyalnya…. aduhaaaiiii…. ini badan ABG kenyel bgt dah, ampuuuun…..
“Bella …… aku masukin yah sayang” dia ngangguk mesra bgt ke gw….. lalu gw angkat pantatnya dan mulai mengarahkan kontol gw ke memeknya…. sempit abissssss….. lama bgt keknya nih proses exe penetrasi liang surga yang satu ini, dia terus bilang “gak muat kak…. aduhh…. takut kak….. ahhhh” lama kelamaan kepala kontol gw mulai masuk, dan terus BLESSS….
“AKKKKKhhhhhhh …….” badannya bella mengejang, nahan sakit nampaknya…… dan terdiam bberapa saat. gw sengaja gak mau mompa, biar dia aja yang mompa, kan dia yang tau rasa sakitnya…..
lama kelamaan dia mulai goyang2in pinggulnya, setiap goyangan menghasilkan suara yang indahhh bgt …(aauhhhh …. ahhhh….. aahh ahha …. ssshhhhhh umhhhhh)…… dan nampaknya rasa sakitnya dah mulai hilang…. Bella mulai mengangkat tubuhnya dan menurunkannya lagi, masih pelan dan sangat terkesan hati2 dan takut….. sampai speed naik turunya mencapai kecepatan yang cukup cepat dan berirama……. tangannya tetap dikalungkan di leher ku dan mulutnya tepat di kuping ku…. dada bergesekan dengan dada…. semakin berkeringat dan daerah selangkangan semakin licin.
setelah 10 menitan Bella bekerja sendiri, baru deh gw memulai pemompaan gw dari bawah….. jleb, dan suara crep-crep lendir yang beradu mulai terdengar lebih nyaring…..lenguhan bella pun makin jadi…
“Kakak….. ahhhh… ah ahhhhh… uhhhh…kak…. enak kak…. terusss…. ahhhhhhhhh” gw makin mempercepat kocokan gw dari bawah, dan tangan gw pun ngebantu pantannya naik turun……
plak-plak-plak suara benturan selangkanngan kami berdua,…. ahh kak …… terus kak… be mau keluar lagii… ” denger itu, gw langsung pompa dengan kecepatan tinggi….. plak plak plak plak plak plak…..
“ouuhh …ahh ahh kakkk hhhhh …. ahhhkkkkk Be keluarr kak…….. ” terus badannya mengejang lagi dan berhenti berayunn, kembali tubuhnya lungllai dipelukan gw….. (yah pingsan lagi nih) berhubung gw dah keliwat napsu, gw rebahin aja tubuh si bela trus gw taro kakinya di pundak gw, dan meneroboskan kontol gw ke memek nya yang sempit ….(memeknya merekah maksimal dan nampak PERTAMAX bgt…….)
gak ada reaksi dari genjotan gw, sampai cukup 5 menit bella mulai tersadar lagi dan muali mengeluarkan suaranya yang sexy tapi lemessss itu, waduhh gan makin napsu dengerin suara cewe lagi di entot lemes n pasrah gitu… jadi kesetanan gw, gw genjot semakin cepat dan keras,,,, benturan selangkangan nya pun makin membabi buta, sampai merah…. a””AAHHh kak…. ahaahhhh … ahhaahhhhh … ohhhh ohh ahhhh awwwhhh ….kak……” semakin cepat gw genjot dan semakin gw mo orgasme…….
semakin dekat ke titik puncak, genjotan gw makin cepat…. .dan lenguhan bella sudah menjadi teriakan-teriakan antara sakit dan nikmat ….. ahhhhh aaaahhhh ah auuhhh auhhh ahahhhh AHHHHHH…..kakaaaakkkkhhhh..a… tolong …. ahhhh udahh kak… be gak kuat …. ahhhh ” lalu detik2 terakhir sperma gw mo meledak. gw percepat kocokan gw dan di saat pekikan Bella…
“KAKAAAAAAKKK ………..” bersamaan juga dengan muncratnya sperma gw membasahi liang senggamanya sampai penuhhh… dan Bella pun kembali pingsan,,,,,, kali ini sampai Pagi…….
Pagi itu pun kami berdua menguanginya sampai 3 hari kedepan dengan menelepon ke Hotel menyatakan bahwa Bella sakit dan dengan sedikit bantuan maka surat Dokter bisa keluar, 3 hari itu gw bilang bokin gw, klo gw keluar kota utk urusan bisnis…. 3 hari di atas ranjang, kamar mandi, jacuzi, shower, dapur meja makan……. 3 hari tanpa sehelai benang, 3 hari yang bikin gw jatuh cinta sama Bella……….
lepas dari 3 hari yang liar itu pun kita masih sering melakukannya, kadang di Hotelnya ketika dia kebagian shift malam…… gw nginep di hotelnya, dan dia menyempatkan diri untuk di setubuhi…… –

Janda Budak Nafsu Anaknya

cerita-sex-janda-budak-nafsu-anaknya

Aku seorang janda yang kini harus berjuang keras sendirian menghidupi ketiga anakku. Dalam cerita dewasa ini aku aan ceritakan bagaimana hal gila yang pernah aku lakukan dengan anak-anakku.

“Nggak, Mbak Surti. Baru juga selesai keliling. Duduk dulu Mbak, aku mau mandi dulu” sahut Jamal, salesman keliling yang setiap mampir ke kota ini selalu memanggilku untuk memijatnya. Ini kali yang keempat aku dipanggilnya.

 Jamal masuk ke kamar mandi sementara aku duduk di kursi melepas penat. Kuseka sekitar leher yang berkeringat, kurapikan baju dan rok. Tak lama kemudian Jamal keluar berbalut handuk. Tinggi tubuhnya sekitar 170 cm lumayan kekar dan berotot.
“Saya permisi cuci tangan ya, Mas,” pintaku sambil menuju ke kamar mandi.
“Silahkan, Mbak.”
Selesai cuci tangan kudapati Jamal sudah tengkurap di ranjang tanpa melepas handuknya. Aku mendekat ke bagian kakinya.
“Tumben pakai handuk, Mas?” Tanyaku. Biasanya Jamal pakai celana pendek atau CD.
“Anu Mbak, celanaku kotor semua. 3 hari keliling belum sempat nyuci jee, biar lebih gampang mijatnya, naik ke ranjang aja, Mbak” kata Jamal.
Ranjangnya memang agak besar sehingga susah dapat memijat dengan enak kalau tidak naik. Aku naik ke ranjang dan berlutut di kiri Jamal. Mulai memijat telapak kaki, terus naik ke arah betis hingga paha. Ikatan handuk Jamal yang agak kencang menutupi paha agak menyulitkan memijat bagian itu.
“Maaf Mas, handuknya tolong dilonggarkan”
Jamal mengangkat perutnya dan membuka simpul handuknya sehingga handuk itu sekarang jadi longgar bahkan disisihkannya ke samping kiri-kanan hingga seperti selimut yang menutup pantat. Aku dapat merasakan di balik handuk itu tidak ada apa-apa lagi yang dikenakan Jamal. Jantungku, janda 40 tahunan ini, jadi berdegup agak keras. Tapi aku coba tidak berpikir buruk karena pernah 3 kali memijat Jamal dan pria itu selalu sopan.
Agak hati-hati kupijat bagian paha dan pantatnya. Beberapa kali handuk itu tergeser sampai kadang-kadang tak mampu lagi menutupi. Beberapa kali pula kubetulkan letaknya namun sempat pula terlihat pantat Jamal, bahkan ceruk hitam di antara pangkal pahanya. Dadaku jadi berdesir. Bagian pantat ke bawah selesai, lalu kupijit bagian pinggang ke atas. Ia menggeser lututnya.
“Kelihatannya capek sekali, Mas?” sapaku mencairkan suasana diam.
“Iya Mbak. Sudah cape keliling, ordernya tambah sedikit aja. Dagangan sekarang lagi sepi Mbak,” jawab Jamal.
“Dagangan batik, Mbak sendiri gimana?”
“Sama saja, Mas. Sepi banget. Kalau nggak sepi nggak bakalan saya jadi tukang pijit”
“Tapi pijitan Mbak enak lho”
“Ala Mas ini menghina. Saya kan cuma belajar dari teman-teman”
“Bener lo Mbak, kalau nggak masak aku jadi langganan Mbak Kalau malam sampai jam berapa, Mbak?”
“Saya nggak terima pijit malam Mas. Pokoknya sebelum maghrib sudah harus sampai rumah. Saya nggak mau anak-anak saya tahu pekerjaan sampingan ibunya. Mereka hanya tahu saya jualan batik di pasar”
“Ooo kenapa mesti malu, Mbak?”
“Saya sih nggak malu, tapi kasihan kan kalau anak-anak saya ketahuan teman-temannya punya ibu tukang pijit? Sudah, sekarang balik Mas”
Jamal memutar tubuhnya, tentu saja handuknya ikut terlibat pantatnya sehingga nampaklah bagian depannya yang polos. Beberapa saat sempat kulihat zakar Jamal yang mulai tegang. Buru-buru kubantu Jamal menutupinya, namun tetap saja tonjolan itu membentuk pemandangan yang bikin dadaku berdesir. Bagaimana pun aku tetap wanita yang beberapa tahun silam pernah melihat hal demikian pada diri suamiku yang telah tiada. Dadaku berdegup semakin cepat, tubuhku agak gemetar. Buru-buru kukonsentrasikan pijatan pada kaki Jamal.
“Maaf, Mbak, adikku nggak mau tidur. Kalau lagi dipijat wanita memang selalu gitu sih Mbak”
“Ah, nggak apa, Mas. Biasa laki-laki” Aku coba bergurau.
Pemandangan demikian buat tukang pijit perempuan memang bukan hal aneh lagi. Malah kadang beberapa pria yang sudah tak bisa menahan nafsu memegang tanganku dan menempelkan pada batangannya. Tapi dengan halus aku berusaha mengelak. Satu dua kali kuremas benda di balik celana dalam itu tapi setelah itu kulepaskan lagi.
“Waktu mijit apa pernah dijahilin laki-laki Mbak?”
“Kadang-kadang ada sih Mas laki-laki yang nakal”
“Nakal gimana, Mbak?”
“Yah, maunya tidak sekedar dipijit tapi juga mijit hihihi”
“Lalu Mbak juga mau hehehe..?”
“Ah, enggaklah Mas, nggak baik. Takut”
“Apa ada yang pernah maksa Mbak?”
“Iya sih, kasar sekali orang itu. Aku dipeluk-peluknya Ya aku marah dong”
“Apa dia sampai meng anu Mbak?”
“Nggak sampailah, Mas Saya buru-buru keluar kamar”
Pijitanku sampai ke paha Jamal. Mau tak mau bagian handuk yang menonjol itu selalu terpampang di depan mataku. Malah kadang tonjolan itu seperti sengaja digerak-gerakkan Jamal. Lebih-lebih sewaktu tanganku bergerak di sekitar paha dalamnya dan mengenai rambut-rambut lebat di situ.
“Ufhh maaf, ya Mbak terus terang aku jadi terangsang lo setiap dipijit Mbak, Adikku jadi bangun terus” Jamal berterus terang tapi dengan nada bergurau.
Hal ini membuatku tersenyum. Aku percaya pria ini tidak bakal berbuat macam-macam, toh sudah tiga kali kupijat tanpa kejadian luar biasa.
“Nggak apa, Mas. Asal bisa menahan diri saja. Eh, maaf” tanpa sengaja tanganku menyenggol telur dan sebagian penis Jamal sehingga pria itu mendesis sambil mengangkat pantat dan menegakkan adiknya sehingga handuknya tergelincir ke arah perut.
Batang keras kaku itu segera saja membuat mataku agak terbelalak karena ukuran panjang dan besarnya yang agak luar biasa. Mungkin sekitar 20 cm dengan diameter 3 cm. Cepat kututup dengan handuk namun bayangan benda itu di benakku tak kunjung hilang.
“Kalau aku nggak bisa nahan diri gimana, Mbak?”
“Jangan bikin saya takut ah, Mas” Aku menekan dada Jamal dan mulai memijat ke arah pundak. Mata kami bertatapan dan Jamal tersenyum. Aku buru-buru menunduk.
“Sebenarnya Mbak nggak cocok jadi tukang pijit lo”
“Kan sudah saya bilang ini terpaksa Mas, karena dagang batik tambah sepi”
“Eh, Mbak, aku tanya serius nih, tapi maaf ya sebelumnya”
“Tanya apa Mas?”
“Kalau Mbak lagi mijit laki-laki yang sedang terangsang kayak aku gini, apa Mbak nggak ikut terangsang?”
“Ah eh oh Mas ini kok tanya itu sih”
“Aku serius pingin tahu lho Mbak Soalnya Mbak kan juga wanita yang masih butuh seks kan? Apalagi Mbak sudah menjanda beberapa tahun”
“Sudah ah Mas, jangan tanya soal itu”
“Jujur sajalah Mbak Aku nggak yakin Mbak sudah mati rasa sama seks. Iya kan?” Aku diam saja, cuma pipiku terasa panas.
Pijatanku di bagian dada jadi melemah dan tanganku bergeser turun ke perut Jamal.
“Iya kan, Mbak?” Mendadak Jamal semakin berani dengan memegang kedua tanganku yang sedang memijit perutnya.
Kuangkat kepala dan coba menentang tatapan Jamal sambil berusaha menarik tangannya. Tapi pegangan Jamal begitu kuat, jadi aku pilih diam.
“Akh aku malu Mas..”
“Malu kenapa Mbak?”
“Masak soal gituan dibicarakan sama Mas?”
“Nggak apa kan Mbak. Kita kan sudah sama-sama dewasa.” Jamal tetap memegangi tangan. Aku diam saja dengan wajah menunduk. Pada dasarnya aku memang pemalu.
“Mbak lihat sini dong”
“Kenapa, Mas?”
“Terus terang nih ya, aku pingin memeluk Mbak, boleh nggak?”
Aku terjengak mendengar permintaan Jamal. Tak mampu bersuara. Perlahan Jamal bangun dan duduk mendekatiku, dipegangnya punggungku.
Katanya, “Sudah sejak pertama ketemu dulu aku ingin sekali memeluk. Boleh kan, Mbak?”
Tanpa menunggu jawaban, Jamal semakin kuat memeluk punggungku dan menarik ke arah dirinya. Aku yang dalam posisi bersedeku jadi kurang kuat bertahan sehingga mau tak mau tubuhku tertarik ke tubuh Jamal. Hanya tanganku saja yang coba menahan supaya tubuh tidak terhempas ke tubuh Jamal.
“Jangan, Mas” Tapi aku tak berdaya menahan ambruk tubuhku ketika Jamal kembali menjatuhkan tubuhnya ke ranjang sambil tetap memeluk.
Tubuhku menimpa tubuhnya yang segera menguncikan pelukan ke tubuh sintalku tambah ketat. Wajah kami demikian dekat.
“Aku hanya ingin pelukan begini kok Mbak,” Jamal berbisik dan ia memang tidak melakukan apa-apa lagi selain memeluk tubuhku di atasnya. Aku jadi bingung, mau berontak atau tidak?
“Ah, biarkan saja dulu, toh dia tidak melakukan apapun selain memeluk” pikirku sambil berusaha lebih santai.
Toh aku pernah mengalami perlakukan lebih kasar dari ini. Aku pernah ditindih pria yang kupijat dan diremas-remas tetekku.
Beberapa lagi malah memaksaku mengonani sampai pria itu terjelepak lemas setelah ejakulasi. Perlakuan Jamal yang sekarang ini hanya memelukku termasuk lembut. Entah kenapa dengan pria ini aku tak banyak memberontak. Apa karena aku diperlakukan dengan halus? Atau karena aku menyukai Jamal? Atau? Ah, tiba-tiba aku merasakan bibirku dingin karena menyentuh sesuatu. Kubuka mata dan ternyata Jamal tengah mencium bibirku.
Ufh aku segera menggelengkan kepala menghindari bibir Jamal. Namun bibir pria itu dengan gigih mengejar, bahkan tangan kanannya ikut membantu menahan kepalaku hingga tak bisa menggeleng lagi. Aku pilih mengatupkan mulut dan mata rapat-rapat ketika bibir Jamal menggerayangi. Lidah pria itu berupaya menerobos masuk, tapi kutahan dengan katupan gigi.
“Buka bibirnya dong, Mbak” bisik Jamal. Aku menggeleng sambil berusaha mendorong tubuhnya ke atas. Namun Jamal menahan tubuhku dengan kuat malah sekarang kakinya ikut melibat pahaku dan tubuhnya bangun mendorong tubuh kenyalku sampai terbalik. Sekarang gantian aku telentang sementara tubuh polos Jamal di atasku. Bibir Jamal terus memburu bibirku. Dengan posisi di bawah ruang gerakku semakin sempit. Kecapaian membuat perlawananku kendor.
“Jangan, Mas” bisikku lemah.
“Nggak apa-apa, Mbak, aku cuma ingin ciuman” Desis Jamal sambil bibirnya terus memaksa bibirku membuka, sementara lidahnya pun menembus katup gigiku. Rasa takut, malu, marah dan bingung melandaku. Aku takut Jamal memaksa, memperkosaku. Aku juga malu karena sebagai janda tidak seharusnya diperlakukan begini. Aku ingin marah namun tak berdaya dibanding tenaga Jamal. Aku jadi bingung mau bertindak apa. Dadaku yang membusung pun jadi sesak ditindih tubuh kekar Jamal. Dengan nafas agak memburu, aku akhirnya tak mampu lagi mempertahakan katupan gigi.
Kubiarkan lidah Jamal menerobos menjilati langit-langit mulutku. Bibir kami berpagutan semakin ketat. Air liur dan ludah pun membanjir dan mau tak mau ada yang tertelan. Jamal benar-benar menggila dengan ciumannya. Sepuluh menit lebih ia mencium, menjilat, menyedot lidahku tanpa lepas. Akibatnya, aku jadi ikut terbawa iramanya. Aku yang janda ini lama-kelamaan ikut mengimbangi tingkah Jamal. Ya, aku yang melihat Jamal tidak melakukan hal lain kecuali mencium, akhirnya membalas ciuman hot Jamal.
“Ah, biarlah, toh Jamal hanya pingin berciuman. Tidak lebih” pikirku sambil lidahku memasuki rongga mulut Jamal, dan mendadak disedot dengan kuat oleh Jamal seperti hendak ditelan.aku jadi gelagapan.
Agak lama barulah Jamal melepaskan lidahku, lalu beralih menciumi sekujur wajahku. Dari mata, hidung, pipi, dahi, telinga, sekitar leher, dagu sampai akhirnya balik lagi ke bibir manisku. Selama setengah jam lebih aku hanya manda saja diciumi pria yang menurutku tidak berniat buruk ini. Ya, dibanding pria-pria lain yang pernah memaksaku, Jamal tergolong lembut. Dan entah kenapa, ada rasa suka dengannya.
Apa karena kegantengannya, apa karena usianya yang masih muda, atau karena aku memang butuh sentuhan lelaki setelah beberapa tahun ini tak lagi kurasakan?Bahkan, aku hanya mendesah “Jangan, mas” ketika merasakan jemari Jamal mulai meremasi payudaraku yang masih menantang ini. Namun aku tak berusaha memberontak. Toh Jamal hanya meremas dari luar, pikirku. Sementara bibir pria itu terus melumati bibirku. Tangan itu terus bergerilya, satu persatu kancing bajuku dilepasnya.
“Jangan, mas” Desisku lagi tanpa menolak dengan serius.
Toh, aku masih pakai BH, pikirku. Ugh, BH itupun diremas tangan Jamal berkali-kali. Kadang membuatku sakit, namun juga memberi rasa lain yang nikmat. Mataku malah terpejam erat ketika jemari Jamal bergerilya di bawah BH dan menggapai putingku.
“Egh jangan, mas” Aduuh nikmatnya.
Toh, dia hanya memainkan payudaraku, tak apa-apa, pikirku semakin menikmati. Aku justru hampir tak merasa ketika baju dan behaku sudah dilempar Jamal entah kemana.
Yang terasa kemudian adalah payudaraku kiri-kanan bergantian diremas dan dihisap Jamal. Digigit-gigit, dikemot, disedot, “dimakan”, dimainkan putingnya oleh lidah yang lihai dan tubuhku semakin tergial-gial ketika perut pun ditelusuri lidah berbisa Jamal.
“Aduh, aku tak tahan. Tak apa, toh Jamal hanya menjilati perutku” pikirku lagi menerima perlakuan nikmat itu.
Malah tanganku kini ikut meremasi kepala Jamal yang terus turun dan turun mencapai pusarku. Menjilati pusarku yang berlubang kecil, kemudian meluncur turun lagi, membuat geli sekaligus nikmat.
“Jangan, mas” lagi-lagi aku hanya mampu mendesiskan kata itu ketika terasa rok panjangku perlahan tertarik ke bawah.
Karet elastis di bagian perut tak mampu menahan tarikan itu, apalagi aku berpikir,
“Biar saja, toh aku masih pakai celana dalam”
Sekarang tinggal segitiga pengaman melekati tubuh polosku. Terasa pahaku dikangkangkan dan sesuatu terasa mengelus-elus daerah vitalku. Sesaat kemudian aku kembali merasa tubuhku ditindih Jamal yang menekan-nekankan penisnya ke CD-ku. Mulut kami berpagutan lagi. Tangan Jamal meremas-remas payudara lagi.
“Aduh aku tak tahan lagi” Kubalas perlakuannya yang liar dan aku tak mampu lagi mendesis,
“Jangan, mas” ketika dengan cepat tangan Jamal menyabet CD hitamku dan melorotkannya ke bawah terus melepasnya dari kakiku.
Lalu sejurus kemudian kurasakan sesuatu yang panjang besar memasuki gua garbaku. Mula-mula perlahan dan agak sulit, menyakitkan. Namun lama-lama semakin dalam, lalu semakin cepat dan cepat keluar masuk, naik turun. Disertai lonjakan-lonjakan tubuh kekar di atasku yang memaksa pahaku terkangkang selebar-lebarnya. Rasa sakit pun berubah jadi nikmat.
Aku lupa segalanya, tak ingat siapa pria yang sedang menyetubuhiku. Jamal, salesman keliling, yang katanya berasal dari Bandung kubiarkan menyebadani, menggauli, menyenggamai, menembus, mengocok dan menggumuli tubuhku. Aku terlena dan yang ada hanya rasa nikmat yang harus kunikmati sepuasnya. Mumpung ada kesempatan, mumpung ada yang memberi, mumpung aku butuh, mumpung aku haus, mumpung ada yang memuasiku. Tubuhku masih butuh seks, libidoku masih tinggi, bibirku masih butuh diciumi, payudaraku butuh disedot-sedot, vulvaku butuh penis yang tegar panjang perkasa. Aku masih punya nafsu seks yang harus dipenuhi. Aku tak mau hidup gersang.
Dan, aku pun masih bisa orgasme ketika hunjaman zakar Jamal yang bertubi-tubi mencapai klimaks. Genjotan pantatnya begitu kuat membuat penis itu terbenam dalam-dalam di vulvaku yang sempit. Nikmat bertemu nikmat dan jreet jreet jreet kurasakan sperma Jamal menyemprot, sementara hampir bersamaan aku cepat-cepat menggamit paha Jamal sambil mengejan menumpahkan mani. Tubuh kami terkejang-kejang kelojotan sambil mengejan menggelegakkan sperma dan mani bertubi-tubi. Kedua kelamin kami yang bertemu saling berdenyut-denyut, meninggalkan kesan mendalam sehingga kami lama tidak melepaskannya. Kubiarkan burung Jamal itu tetap mendekam di sarangku meski lendir membasahi di mana-mana.
“Maaf ya, mbak, aku lupa diri,” bisik Jamal.
Aku diam memejam, nafasku tersengal-sengal menahan beban tubuh polos di atasku. Sementara penis Jamal masih terbenam, aku hanya bisa kangkangkan paha dan merasakan denyut-denyutnya yang masih tersisa.
“Mengapa ini terjadi?”
Aku membatin tak habis mengerti bagaimana persetubuhan ini berlangsung begitu saja, padahal selama jadi pemijat aku selalu menghindarinya. Ya, selama ini ada cap bahwa setiap wanita pemijat pasti bisa diajak main seks. Aku berusaha keras menepis sebutan itu, namun akhirnya bobol juga hari ini. Justru dengan Jamal, pria yang sudah jadi langganan.
“Kalau sudah begini, apa bedanya aku dengan pelacur?”
Aku masih terbengong-bengong dengan pemikiranku, ketika kembali terasa tubuh Jamal menekan-nekanku. Zakar pria itu pun kembali membesar panjang mengaduk-aduk vulvaku. Ya, ternyata Jamal dengan cepat bangkit birahiya lagi dan bangunlah “adik”nya yang perkasa itu, kembali menikam-nikamku yang perlahan-lahan kembali terbawa arus kenikmatan. Malah ikut mengerang ketika nikmat bersebadan itu menyeruak di vaginaku.
Tak ingat lagi, apakah aku pelacur atau bukan. Yang penting saat ini aku butuh nikmat! Persenggamaan pun terulang lagi, kali ini malah lebih lama. Hampir satu jam Jamal menusuk-nusukku, menghunjamiku dengan super torpedonya. Kadang pantatku diangkatnya atau aku yang mengangkatnya secara refleks karena terbawa nikmat tiada tara setelah beberapa tahun aku tak merasakannya. Sepertinya aku ingin memuntahkan seluruh kerinduan persetubuhan.
Aku kembali menggapit paha Jamal, ini kali yang ketiga aku orgasme. Tubuhku mengejang terlonjak-lonjak. Jamal sendiri memang tahan lama dan baru beberapa menit kemudian melenguh mengeluarkan energi terakhirnya menyemprotkan sperma. Sampai kurasakan hangat cairan itu memasuki perut. Kami benar-benar habis-habisan. Untuk berdiri pun harus menunggu beberapa menit setelah deru nafas mereda.
Jam 6 kurang sedikit kutinggalkan hotel Melati. Jalanku seperti melayang, tak peduli dua lembar ratusan ribu yang baru saja masuk ke dompet, pemberian Jamal. Aku tak bisa menolak, tapi
“Semoga Jamal tidak menganggapku pelacur murahan” pikirku.
“Kami melakukannya suka sama suka”
Kupanggil becak untuk mengantar ke rumah.
Itulah yang menjadi awal kisahku selanjutnya yang lebih mengejutkan karena aku kemudian terperosok ke jurang perzinahan yang lebih dalam dengan orang-orang yang semestinya kupeluk dengan kasih sayang. Namun, sebaliknya, justru merekalah yang akhirnya memelukku dengan nafsu.
“Sampai malam begini, Laris bu?” sambut Bari, bungsuku yang kelas 3 SMU, ketika aku tiba di rumah.
“Lumayan” jawabku.
“Ini Ibu bawakan gorengan” kuberikan sebungkus makanan lalu terus berjalan ke kamar.
Banu, kakak Bari, mengangkat bungkusan batikku dan menaruhnya di atas lemari. Ia sudah empat bulan ini dipehaka dari pabrik sepatu di Tangerang bersama Basuki kakaknya. Jadilah tiga pemuda tanggung anakku sekarang jadi pengangguran dan kembali bergantung padaku di rumah. Ya, semuanya terjadi gara-gara krisis di negeri ini. Banyak perusahaan gulung tikar, pehaka terjadi dimana-mana. Cari pekerjaan pengganti juga sulit bukan main. Mau usaha sendiri, tak ada modal. Hanya kadang mereka jadi makelar jual-beli motor tapi inipun hasilnya cuma cukup buat jajan.
Seusai mandi dan makan, aku ingin cepat-cepat tidur. Tubuh cape sekali setelah tadi bertempur habis-habisan dengan Jamal di Hotel Melati.
“Ibu tidur dulu ya” kataku pada ketiga anakku yang sedang asyik main kartu.
Aku masuk ke kamar belakang. Rumah itu memang hanya memiliki dua kamar. Sejak dua anakku dipehaka maka satu kamar depan untuk Banu dan Basuki dan satunya di belakang untukku dan Bari. Kumatikan lampu lalu kubaringkan diri melepas penat.
Bayangan pergumulanku dengan Jamal ternyata tak kunjung hilang dari benak. Setengahnya ada rasa penyesalan, namun sebagian lain justru rasa nikmat itu terus bergelenyar di dadaku, di peruku, di kulitku, di vulvaku. Tak lama kemudian aku pun terlelap, ada seulas senyum di bibirku. Akankah di mimpi aku berjumpa Jamal lagi?
Ya, ternyata harapanku jadi kenyataan. Jamal muncul lagi di mimpiku. Kami bercumbu bagai sepasang kekasih yang lama tak bertemu. Tubuh telanjangku dibaringkannya di ranjang, kemudian dia merangkak di atasku. Menjilati sekujur tubuh dari perut naik terus hingga bibirku dan akhirnya agh, terasa sesuatu menusuk bawah perutku dengan keras dan tubuhku ditekannya dengan keras. Tubuhnya terasa semakin berat, berat, berat dan argghh!
Aku terbangun, dan.. mendapati sesosok tubuh sedang menindihku. Kurasakan selangkanganku telah ngangkang dan sesuatu memasukinya. Kubuka mata memperhatikan dan dalam sinar lampu yang masuk dari ventilasi terlihat Bari sedang menyetubuhiku! Gila!!
“Bar! Bari! Ini aku, ibumu, Bar!” protesku pada bungsuku yang masih 18 tahun sambil mendorong tubuhnya sampai terjengkang ke luar ranjang.
Sekilas terasa penisnya yang tegang keluar dari vaginaku. Aku segera duduk di ranjang dan kututup tubuh telanjangku dengan selimut sambil memperhatikan Bari yang nampak ketakutan.
“Kenapa kau lakukan ini, Bar?” tanyaku emosi.
“Ttt ta tadi Ibu sendiri yang mulai”
“Apa? Ibu yang mulai?!” aku tambah sewot tapi tidak berani teriak keras-keras takut dua anakku yang lain terbangun.
“Bukankah Ibu tadi sudah tidur?”
“I..iya Bu tapi Ibu seperti mengigau lalu memelukku” bisik Bari.
Aku yang mendengar penjelasannya jadi mendelong. Sekilas aku ingat mimpiku bersama Jamal.
“Ibu terus memelukku dan ak aku jadi terangsang, bu..” Bari terus terang sambil menunduk. Sementara aku masih bertanya-tanya benarkah itu?
“Ceritakan apa yang sudah kulakukan padamu, Bar?” Sambil kutarik tangannya ke atas ranjang.
Bari menurut sambil menutupi penisnya dengan sarungnya. Kududukkan ia di sebelahku.
“Waktu aku tidur, kudengar Ibu mengigau seperti orang gelisah dan tubuh Ibu bergerak-gerak.
Lalu mendadak Ibu memelukku dan” Bari diam, aku pingin tahu kelanjutannya.
“Lalu?”
“Ibu menciumi aku”
“Apa benar?”
“Sumpah, bu.” Jawabnya, membuatku jadi salah tingkah.
“Sebenarnya aku sudah berusaha membangunkan Ibu tapi gagal.
Malah aku jadi terangsang Apalagi daster Ibu juga tak karuan lagi letaknya sampai paha Ibu terbuka”
“Aku tambah terangsang waktu tersenggol payudara Ibu berkali-kali dan terangsang untuk meremasnya Aku tambah berani ketika Ibu hanya mendesis waktu kuremas, sampai akhirnya pelan-pelan, maaf, Ibu kutelanjangi.
Maaf Bu, nafsuku, sudah sampai ke kepala sampai aku menyetubuhi Ibu” cerita Bari sambil menunduk.
Aku terdiam, tak percaya apa yang kulakukan di dalam mimpi ternyata jadi kenyataan. Sialnya, aku telah bersetubuh dengan darah dagingku sendiri. Akhirnya akupun menerima penjelasan Bari.
“Baiklah, Bari. Ini jadi rahasia kita berdua saja. Sekarang tidurlah kembali,” pesanku.
Bari segera melingkar di bawah sarungnya.
Akupun kembali berbaring sambil berselimut. Kami berdiam diri saling memunggungi. Begitu mengejutkan peristiwa tadi sampai aku tak ingat untuk memakai dasterku lagi yang entah dilempar kemana. Begitu pula Bari hanya bertelanjang di dalam sarungnya. Namun rasa capai mempercepat tidurku. Dan, mungkin, inilah salahku karena menganggap sepele peristiwa ini. Aku menganggap ini peristiwa kecil dan sudah berakhir, namun tidak demikian dengan Bari. Pemuda tanggung ini ternyata tetap memendam hasrat. Kuceritakan yang berikut ini berdasarkan pengakuannya setelah segala sesuatunya terjadi.
Malam masih panjang. Aku telah tidur kembali. Sementara itu, Bari justru tetap nyalang matanya. Tak ada lagi kantuk di benaknya. Yang ada justru ingatan bagaimana tadi dia baru saja menyetubuhi ibunya. Sayang, belum tuntas. Namun, kesempatan itu kayaknya masih terbuka, karena tubuh yang barusan digelutinya itu masih tergolek di sisinya. Telanjang dan hanya berselimut lurik. Andai saja selimut itu bisa dilepas, pasti bisa tuntas hasratku, pikir Bari.
Setelah terdengar dengkur halus ibunya, Bari mulai berani membalikkan tubuhnya sampai telentang. Diliriknya tubuh di samping kirinya dan tubuh Bari bergetar ketika melihat sebagian punggung atas ibunya tidak tertutup selimut. Sementara kain sarungnya sendiri yang hanya menutupi sekitar perut dan paha tak mampu menyembunyikan gejolak syahwat yang membuat zakarnya tegang berdiri. Dengan tak sabar dilemparnya sarung ke bawah ranjang hingga dirinya bugil, lalu perlahan berguling lagi sampai ia kini menghadap punggung ibunya.
Didekatinya tubuh bungkuk udang ibunya dari belakang sampai bau wanita itu tercium kian merangsangnyaIngatannya saat bagaimana dia meremas tetek ibunya tadi membuatnya berani menarik ke bawah selimut yang menutupi punggung mulus itu. Perlahan punggung itu sekarang terbuka sampai ke pinggang dan otomatis pasti bagian depannya pun terbuka polos pula. Teringat bagaimana tadi ia memeluk ibunya, perlahan Bari melingkarkan tangan memeluk ibunya dan merapatkan zakar ke pantatnya. Kulit dadanya bertemu kulit punggung ibunya, tangan kanannya memeluk perut ibunya dan perlahan jemarinya merambat ke atas. Menggapai dua gunung kembar yang membusung itu.
Sementara itu kaki Bari tak tinggal diam membantu menarik selimut ibunya ke bawah. Terus ke bawah sampai paha-paha mulus gempal itu tak tertutup lagi. Maka bugillah kedua ibu dan anak itu. Tidur berdekapan. Satu terlelap, satunya bernafsu.
Tak sabar, Bari mulai mengelus dan meremas pelan payudara montok mulus itu. Tangannya agak gemetar ketika menyentuh puting dengan ibu jari dan telunjuknya. Ditempelkan zakar ke pantat ibunya yang cukup besar. Dibiarkannya posisi itu bertahan hampir 30 menit. Dan ketika ibunya tetap lelap tertidur, Bari semakin berani. Sambil pura-pura menggeliat, perlahan ditariknya bahu dan paha ibunya sampai tubuh wanita itu telentang. Kemudian dengan penuh nafsu buah dada yang menggunduk itu dijilatinya. Dikuaknya selangkangan si ibu lalu perlahan mengarahkan zakar ke gua nikmat itu. Tak mau gegabah dan terlalu kasar seperti tadi, kini Bari melakukannya dengan halus.
“Bleess” ditancapkan zakar dalam-dalam ke vagina ibunya lalu pantatnya diam. Tidak menekan terlalu keras. Malah lidahnya mulai menyusuri tetek dan dada ibunya sampai mencapai bibir dan menciuminya sambil tangannya meremasi susu montok itu. Aneh benar, Surti, ibunya, tetap tertidur, seolah tak merasakan apa-apa. Mungkin ia terlalu penat karena cape bergelut dengan Jamal tadi siang dan tidur yang terpotong barusan.
“Eeehhghh..” Surti mendesis lirih ketika lidah Bari memasuki mulutnya, namun matanya tetap terpejam.
Hanya tubuhnya saja bergeser kecil dan Bari memberinya ruang dengan sedikit mengangkat badannya sehingga tidak terlalu memberati Surti. Setelah ibunya tenang, kembali Bari menumpangkan badan di atas tubuh bugil Surti. Perlahan ia mulai memompakan zakarnya.
“Shleeb.. shlebb.. jleeb.. jleebb..” berhenti lalu sambil menekankan zakarnya di kemutnya puting Surti.
“Egghh eggh..,” desis Surti sambil menggerakkan tubuhnya sedikit namun tetap tidur.
Anehnya lagi, Bari merasa zakarnya seperti ada yang menghisap-hisap. Nikmaat dan membuatnya cepat mencapai puncak. Buru-buru Bari memompa lagi cepat-cepat, dan kini ia tak peduli kalau ibunya bakal bangun karena gerakan kasarnya.
“Heeh.. heeh.. heeh..” nafas Bari memburu ketika ia menggerakkan pantatnya dengan gencar naik turun keluar masuk menusuk-nusuk lahan Surti sambil memeluki ketat tubuh ibunya itu dan mencium ketat bibirnya yang menggairahkan.
Otomatis diperlakukan demikian Surti terbangun, namun terlambat Dalam keadaan belum sadar benar, mendadak Surti merasakan tubuh di atasnya mengejang-ngejang belasan kali dan terasa semprotan-semprotan sperma di rahimnya. Barulah tubuh itu terjelepak layu menindihnya.
Surti segera mendorong tubuh itu dan ia segera sadar bahwa Bari telah berhasil menuntaskan nafsu di atas tubuhnya.
“Ooh Bari.. Bari kenapa kamu tega menodai ibu?” ratap Surti sambil menangis dan memukuli tubuh Bari yang hanya diam membisu memunggunginya. Beruntung suasana kamar gelap sehingga mereka tidak dapat melihat kondisi masing-masing. Bayangkan betapa malu bila mereka saling bertatapan mata.
“Ma.. maafkan saya, bu. Sss..saya benar-benar khilaf tidak bisa menahan nafsu” jawab Bari lirih.
Pelan ia berbalik dan menyelimuti tubuh telanjang Surti. Kemudian turun dari ranjang, memakai sarungnya dan melangkah keluar kamar. Dicarinya air dingin di dapur.
Surti sendiri dalam isak tangisnya kembali merebahkan diri. Tak tahu harus berbuat apa pada anak bungsunya itu. Mau dimarahi? Toh ini sudah terlanjur terjadi. Mau diusir dari rumah? Ia tak tega. Ia menyesali dirinya telah tertidur begitu pulas sampai tak merasa sedang disetubuhi anak kandungnya sendiri. Kenapa ia tadi begitu ceroboh dan menganggap sepele kejadian perkosaan yang pertama? Sampai tak memperhitungkan bahwa Bari ternyata nafsunya tetap berkobar-kobar. Pemuda seumur Bari memang sedang panas-panasnya. Nafsunya cepat naik. Apakah sebaiknya mereka tidak tidur seranjang? Bari biar tidur dengan kakaknya saja. Tapi ranjang kamar depan terlalu sempit untuk bertiga. Apakah ia perlu tukar tempat dengan Banu?
Namun setelah memikirkan bahwa Banu pun mungkin juga akan terangsang nafsunya bila tidur bersamanya (ini nampak dari bahasa tubuh Banu dan Basuki, si sulung, yang selama dirantau menurut dugaan Surti pasti pernah berhubungan dengan wanita) maka Surti memutuskan tetap tidur sekamar dengan Bari. Biarlah kejadian ini hanya kami berdua yang tahu, pikirnya. Setengahnya ia juga menyalahkan diri karena telah merangsang Bari secara tak sengaja ketika tadi mimpi bersetubuh dengan Jamal.
Sambil merenung-renung kejadian yang menimpa dirinya dan Bari, Surti mulai bisa memaklumi tindakan Bari. Ternyata anak bungsuku sudah dewasa dan mampu melakukan kewajibannya sebagai lelaki, bathinnya. Perlahan mata Surti kembali terkantuk-kantuk. Masih sekitar jam 2 dini hari. Sementara itu Bari yang usai minum air dingin duduk melamun di dapur, mengenang apa yang baru saja dilakukan atas tubuh ibunya. Barusan ia juga telah mencuci zakarnya dengan air dingin sampai benda lunak itu mengkerut lagi. Rasa kantuk yang menyerang membuatnya beranjak kembali ke kamar tidur.
“Biarlah kalau ibu mau marah lagi,” pikirnya pasrah.
Perlahan Bari membuka pintu, masuk lalu menutupnya lagi. Ternyata Surti telah tidur kembali. Kali ini ia malah telentang dan lagi-lagi hanya berselimut lurik. Bari mengambil sedikit tempat di pinggir untuk merebahkan tubuhnya. Sekilas diliriknya wajah ibunya dalam gelap, hanya nampak siluet wajah seorang wanita yang belum tua benar. Namun tetap menarik.
Bari coba memejamkan mata dan tidur. Tanpa sadar ternyata ia juga tidur hanya berbalut sarung yang melingkari bagian perut ke bawah.Cukup lama pemuda tanggung ini berusaha tidur sewaktu tanpa diduga Surti mengerang dan menggeliat ke arah dirinya. Bari gelagapan ketika tangan Surti justru memeluknya.
Dan tubuh Bari kembali berdesir karena dada montok ibunya menekan dadanya meski masih terhalang selimut. Ini merupakan rangsangan hebat buat Bari, namun ia tak mau gegabah seperti tadi. Ia tak mau kejadian tadi terulang. Maka ia harus mampu menahan nafsunya. Kami boleh pelukan tapi zakarku tak boleh tegang, bathinnya. Dengan prinsip itu akhirnya Bari memberanikan diri balas memeluk ibunya.
Malah lebih dari itu, lagi-lagi Bari melempar sarungnya yang mengganggu gerakan paha dan kakinya sampai bugil. Perlahan ia masuk ke dalam selimut ibunya dan balas memeluk tubuh bugil montok semok itu. Ibu dan anak itu pun tidur berpelukan. Kali ini Bari hanya menempelkan zakarnya di paha Surti dan bertahan sekuat tenaga supaya tidak ereksi. Beruntung matanya terasa sangat berat sehingga tak lama kemudian ia pun tertidur berpelukan dengan ibunya.
Udara panas dini hari itu membuat tubuh mereka berkeringat. Sekitar pukul empat pagi, seperti kebiasaannya, Surti terbangun. Lagi-lagi ia hampir terkejut mendapati dirinya telanjang berpelukan dengan Bari yang bugil. Selimutnya tak cukup lebar menutupi tubuh mereka berdua hingga yang tertutup praktis hanya sekitar pinggul saja, sedangkan bagian lain benar-benar terbuka. Surti ingin mendorong tubuh Bari, namun ia segera menyadari bahwa Bari saat itu sedang tidur nyenyak. Ia jadi tak tega sehingga dibiarkannya posisi tubuhnya yang telentang sementara Bari menindih sambil memelukkan tangan dan satu kakinya berada di sela-sela paha Surti. Surti agak tenang karena tidak merasakan zakar Bari ereksi.
Yang menggelisahkan justru tangan Bari yang menelangkupi buah dada kirinya serta ketelanjangan mereka. Bagaimanapun ia masih normal dan gesekan kulit dengan kulit demikian malah menimbulkan rangsangan yang perlahan menggelitikinya syahwatnya. Surti semakin tak tahan dan berusaha menggeser tangan serta menjauhkan tubuh Bari perlahan agar ia tak bangun.
“Eee,” terdengar suara erangan Bari yang merasa tidurnya terganggu.
Ia malah tak mau melepaskan pelukannya, justru sedikit meremas buah dada Surti, membuat Surti mendesis.
“Bari, lepaskan Ibu mau bangun” bisik Surti ke telinga Bari sambil mendorong lebih kuat.
“Eee.. sebentar, Bu” desis Bari sambil mempererat pelukannya, menaikkan tubuhnya dan mengulum puting Surti.
“Sudahlah, Bari jangan diulang kejadian semalam” Surti menjangkau kepala Bari sambil menggigit bibir menahan gejolak syahwat yang berputar di pusarnya.
“Ibu tidak marah?” desis Bari lagi dengan mata masih setengah terpejam.
“Tidak, Bar sekarang sudahlah, nanti kamu terangsang lagi” Perlahan Bari menggeser tubuhnya menjauhi ibunya.
Ia melanjutkan tidurnya, sementara Surti segera bangun, mencari dasternya yang tercecer di lantai dan mengenakannya sebelum beranjak keluar kamar. Sekilas diliriknya tubuh bugil Bari.
“Ia ternyata sudah dewasa” bathinnya.
Dan, sejak itulah saat-saat tidur bersama seranjang dengan Bari mulai memasuki babak baru. Surti tak mampu menolak manakala Bari dengan manja memeluknya, menindihnya, bahkan dengan nakal meremasi teteknya atau malah memaksa Surti membuka dasternya dan menetek seperti anak kecil. Bagi Surti sendiri pelukan, tindihan, kuluman dan hisapan-hisapan Bari di sekujur tubuh dan buah dadanya sungguh merupakan rangsangan yang sulit dihindari. Ia tak mampu menolak itu semua, bahkan seolah memberi izin Bari melakukannya setiap malam. Ya, setiap malam kini ia harus menerima perlakukan seksual Bari yang tak kenal lelah. Pemuda tanggung yang tengah panas-panasnya ini seperti mendapat mainan baru yang menggairahkan.
Kini Bari tak segan lagi bertelanjang di depan ibunya, bahkan seringkali ia ikut menelanjangi Surti hingga hanya tersisa CD. Bari tak segan lagi menyuruh Surti memegang zakarnya dan mengocoknya. Sementara tangannya sibuk memerah tetek Surti bahkan tak jarang coba mengelus-elus lubang nikmat Surti meski dari luar CD. Merasa sudah kepalang basah, Surti pun menikmati permainan seksual itu meski ia masih menjaga agar gua garbanya tak lagi ditembus zakar Bari. Ia menjepit zakar Bari dengan pahanya dan membiarkan sperma perjaka itu muncrat di luar atau di perutnya. Bahkan akhirnya Bari memaksa Surti mengulum zakar tegang itu dan menerima muntahan lahar panas. Mula-mula dimuntahkannya tapi lama-lama justru dinikmati dan ditelannya. Ibu dan anak ini akhirnya saling belajar memuasi dan dipuasi.
Tak tahan, Surti mulai mengajari Bari memuasi dirinya pakai tangan dan akhirnya pakai lidah. Bari yang semula jijik, lama-lama terbiasa juga menjilati lubang sempit bergelambir milik Surti. Biji kelentit dan daerah G-spot merupakan kenikmatan tersendiri bagi Surti. Sampai ia kadang orgasme. Mereka berdua kemudian malah setiap malam tidur telanjang berpelukan, dan akhirnya Surti juga mengizinkan Bari menancapkan zakar ke vaginanya. Bari sudah cukup bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan sperma di dalam vagina Surti setelah diberitahu kemungkinan kehamilan bila spermanya masuk ke rahim.
Ya, selama beberapa minggu, tanpa sepengetahuan siapapun, mereka bagai dua pengantin baru yang asyik dilanda nafsu. Berpacu mengumbar birahi, tak peduli merupakan hubungan incest. Bari yang masih muda begitu semangat dengan kegiatan seksual mereka sementara Surti yang sudah lama tidak merasakan belaian laki-laki ingin kerinduannya dipuasi. Nafsunya belum padam. Berbagai gaya mereka lakukan, dari yang konvensional sampai gaya anjing kimpoi, 69, sambil duduk berhadapan atau Surti di pangkuan Bari dan seterusnya.
Pokoknya nikmat dan uenaak tenaanSampai di suatu pagi sekitar jam 6 pagi Surti merasa tubuhnya sedang digerayangi Bari, padahal ia merasa masih sangat mengantuk setelah semalaman bertempur seru sampai dini hari. Dibiarkannya Bari merenggangkan pahanya dan untuk kesekian kalinya menelusupkan zakar tegangnya lalu mulai mengocoknya. Keras, cepat dan semakin cepat seperti terburu-buru Bari mengayun pantatnya.
Ia ingin menyalurkan nafsunya yang muncul di pagi hari, sementara jam tujuh ia juga harus masuk sekolah. Genjotan Bari yang sedemikian keras lambat laun juga merangsang Surti menggapai nikmat di pagi itu. Sayangnya selagi Surti baru mencapai tahap pemanasan, mendadak tubuh Bari sudah terkejang-kejang lalu buru-buru ia mencabut penisnya dari lubang nikmat ibunya serta merta menyemprotkan sperma dengan deras ke perut ibunya. Disusul mengoser-oserkan zakar tegang itu ke seluruh dada hingga berakhir di jepitan tetek Surti.
Vagina Surti masih berdenyut-denyut ingin dipuasi ketika Bari sudah meloncat keluar kamar untuk bersiap ke sekolah. Tinggallah Surti sendiri kecewa sambil mengelus-elus vagina dan meremasi teteknya sendiri. Nafsunya belum tuntas! Bari egois, hanya mau memuasi dirinya saja, tak peduli ibunya kelojotan menahan nafsu. Baru sekitar jam tujuh pagi Surti bangkit mengelap noda-noda di badan dengan CD-nya lalu mengenakan dasternya dan merapikan ranjang yang hampir tiap hari harus ganti sprei karena penuh bercak sperma dan mani mereka. Dibawanya sprei dan pakaian kotor ke tempat cucian, direndamnya dan ditaburi deterjen bubuk.
Terdengar ada yang sedang mandi, pasti Banu pikir Surti. Banu, kakak Bari, termasuk rajin cari tambahan penghasilan. Meski kadang pulang dengan tangan hampa tapi ia selalu rajin bangun pagi, mandi lalu pergi entah kemana. Cari obyekan, katanya setiap ditanya.
Pintu kamar mandi terbuka, Banu muncul.
“Mau kemana Nu?” tanya Surti.
“Cari motor, Bu. Kemarin ada teman cari motor bekas yang murah-murahan. Moga-moga motor Pak Panut belum dijual.”
“Rumah Pak Panut agak masuk ke desa kan?”
“Iya, Bu, saya tahu. Paling nanti sampai sore baru pulang”
Sementara Surti menjemur pakaian, terdengar Banu pamit mau pergi.
“Saya pergi ya, Bu!” serunya.
“Ati-ati ya Eh, Basuki dimana?”
“Biasa, belum bangun, Bu” jawab Banu sambil keluar rumah.
Pintu rumah ditutupnya. Selesai menjemur pakaian, Surti lalu mandi, dicucinya sekalian daster yang dipakainya. Seusai mandi ia hanya berbalut handuk menutupi payudara hingga pahanya, menjemur pakaiannya. Melangkah masuk ke rumah, dilihatnya Basuki duduk bersarung dan telanjang dada di kursi makan, melamun. Pandangannya kosong. Surti kasihan juga melihat sulungnya yang 25 tahun itu tak juga kunjung bekerja lagi.
“Sudahlah Bas, jangan melamun terus” bujuk Surti sambil mengambilkan segelas teh.
Diangsurkannya teh itu kepada Basuki, kemudian dijangkaunya kepala Basuki dan dielus-elusnya seperti kebiasaannya waktu kecil dulu. Basuki memejamkan mata dan mendadak tubuhnya seperti menggigil.
“Kamu kenapa Bas?” tanya Surti heran melihat putranya.
Dan lebih terkejut lagi ketika tiba-tiba Basuki bangkit dan berbalik memeluki dirinya seperti orang kesetanan.
“Bu.. tolong aku.. Bu” desisnya membuat Surti tambah panik.
“Bas, Bas! Kamu kenapa?” Surti bingung dan berusaha melepaskan diri.
Tapi tenaga dan tubuhnya yang hanya setinggi pundak Basuki tak mampu menahan ketika perlahan namun pasti Basuki mendorongnya ke kamar. Bahkan pergulatan mereka serta gesekan dengan kulit dada Basuki membuat handuknya terlepas dan sarung Basuki melorot. Surti geragapan ketika tubuh bugilnya diangkat Basuki ke atas ranjang dan digeluti.
“Bas! Bas! Gila kamu.. ini aku ibumu!” Surti terus berontak sambil mendorong dan memukuli.
Namun Basuki terus menggelutinya.
“Bu tolong Bu, aku pingin sekali aku butuh.” dan sadarlah Surti bahwa saat itu Basuki sedang dilanda birahi. Ia pasti pernah merasakan tubuh wanita dan sekarang, setelah lama puasa, butuh penyaluran.
“Apakah aku harus memenuhi hasratnya?” pikir Surti cepat.
“Bas Bas jangan Ibu kau jadikan pelampiasan Ugh” Surti tak menyelesaikan kata-katanya karena putingnya dihisap keras sementara tangan Basuki menggosok-gosok dan memasukkan jemari ke vaginanya dengan ganas.
Mengaduk-aduknya. Surti tergerinjal, nafsunya yang tadi belum dituntaskan Bari kembali bangkit.
“Ah, kenapa lagi-lagi aku dinodai anakku?” jerit hati Surti.
Tenaganya melemah.
“Bas egh jangan Bas,” lemah suara Surti ketika melihat zakar Basuki tegang panjang memerah dengan urat-urat kehitaman di sekelilingnya.
“Aku tidak tahan lagi, Bu” Basuki menempatkan pantatnya di antara paha Surti, mengarahkan pedang tumpulnya ke lubang nikmat ibunya lalu.
“Sleepp sleep bless bless” Surti sampai terangkat pantatnya ketika zakar panjang nan tegar milik Basuki mencapai rahimnya dan menyentuh-nyentuh pusat kenikmatannya. Kemudian dengan cepat menusuk-nusuk dan memompanya bertubi-tubi.
“Shh shh sudah Bas.. cukup stop Ibu nggak tahan” bibir Surti bergumam menolak tapi entah kenapa tangannya justru merangkul erat leher Basuki dan membuka pahanya semakin lebar.
Basuki tak peduli, terus bergoyang dan bergerak naik turun.
“Hshh hshh cukup Bas jangan kamu keluarkan spermamu di dalam Ibu bisa hamil” Surti semakin terhanyut oleh gerakan
Basuki yang jauh lebih lihai dibanding Bari.
Tanpa sadar ia mulai mengimbangi dengan putaran pantatnya Basuki sendiri seperti tak mendengar suara Surti dan benar saja beberapa menit kemudian, dengan zakar tetap menancap, tubuhnya mulai terkejang-kejang berkejat-kejat lalu
“croott croott..” bersamaan dengan tekanan pantat ke vagina ibunya sekeras-kerasnya muncratlah sperma membanjiri rahim Surti.
Gilanya Surti justru menggapitkan pahanya erat-erat ke pantat Basuki serta memeluk punggungnya erat-erat dan maninya pun mengalir deras. Basuki ejakulasi. Surti orgasme. Bareng.
Sejurus kemudian dua tubuh layu yang berpelukan erat itu saling melepaskan diri. Terjelepak kelelahan, terbaring telentang. Dada mereka naik turun ngos-ngosan. Masing-masing dengan pikiran melayang-layang. Basuki dengan kesadaran sudah menyetubuhi Ibu kandungnya dengan nafsu sebagaimana ia dulu sering salurkan ke wanita bayaran. Sementara Surti sadar bahwa lagi-lagi ia telah bersetubuh dengan anak kandungnya. Lagi-lagi ia jadi pelampiasan nafsu anaknya. Tapi bukankah ia juga ikut menikmati lampiasan nafsu itu? Malah seperti membuka pintu kesempatan untuk terjadinya seks incest itu?
“Kamu sudah puas, Bas?” tanya Surti berusaha tegar, “kalau belum cepat lampiaskan lagi hasratmu ke tubuh Ibumu ini biar tuntas sekalian biar kamu tidak melamun yang tidak-tidak lagi” entah keberanian dari mana Surti mengucapkan tantangan ini.
Tentu saja Basuki terkejut. Perlahan ia memiringkan tubuhnya dan dipandanginya wajah wanita setengah baya yang adalah Ibu kandungnya itu. Wanita yang tubuhnya bugil telentang itu matanya terpejam. Mengingatkan Basuki pada seorang wanita sebaya yang dulu pertama kali merenggut perjakanya di rantau. Ya, Basuki ingat benar bagaimana ia melepas perjakanya di atas tubuh istri majikannya yang kesepian karena sering ditinggal suaminya pergi bisnis. Beberapa bulan mereka berhubungan. Dan entah kenapa sejak itu Basuki selalu menyukai berhubungan badan dengan wanita yang lebih tua, baik wanita bayaran atau yang sekedar cari teman bersebadan.
Kini, setelah berbulan-bulan puasa, Basuki tak tahan untuk meletupkan hasrat syahwatnya. Untuk mencari wanita bayaran ia tak lagi punya modal, untuk mencari istri-istri kesepian tak lagi semudah di kota besar dulu. Akhirnya diam-diam ia memendam hasrat nafsu pada Surti, yang semula ditahan-tahannya karena bagaimanapun dia adalah Ibu kandungnya. Namun bendungan itu jebol pagi ini ketika nafsu telah merasuk sampai di ubun-ubun Basuki dan kesempatan terbuka manakala rumah sepi dan Surti seperti menantangnya dengan hanya berbalut handuk. Sama seperti wanita yang dulu memperjakainya juga hanya berbalut handuk ketika menyeretnya ke ranjang nikmat.
Demi mendengar tantangan ibunya, percaya nggak percaya Basuki mendekatkan wajah ke muka Surti. Namun mata Surti terus terpejam, seolah menanti aksi Basuki selanjutnya. Pandangan Basuki menyapu seluruh wajah lalu menurun ke payudara montok meski agak kendor, perut yang masih langsing lalu bukit rimbun di bawahnya yang masih tersisa lengket cairan mereka tadi. Antara sadar dan tidak Basuki menggerayangkan tangan ke sekujur tubuh ibunya. Tubuh Surti jadi merinding.
Digigitnya bibir bawah, coba bertahan dari rangsangan itu. Namun sulit sekali, terlebih manakala Basuki dengan piawainya mulai menggunakan lidahnya menggantikan tangan. Seperti lintah, lidah itu bergerak menelusuri wajah, leher, payudara, perut, pusar hingga akhirnya bermuara di kerimbunan semak-semak lebat Surti. Dikangkangkannya paha Surti lalu. dengan ganas lidah Basuki menyapu, menelusup dan menjilat-jilat liar lubang nikmat Surti. Menimbulkan rangsangan hebat yang membuat Surti refleks memegang kepala Basuki dan menekannya seolah ingin memasukkan seluruhnya ke lubang vaginanya.
Sekejap saja Surti telah orgasme dan sekejap itu pula Basuki membersihkan seluruh mani yang keluar dengan lidahnya, diminumnya. Lalu lidah itu terus mengerjai vagina Surti, kadang kasar kadang halus. Sampai beberapa menit kemudian Surti kembali harus mengejan berkejat-kejat mengeluarkan maninya lagi. Orgasme lagi. Lagi dan lagi Entah sudah berapa kali Surti kelojotan orgasme tapi Basuki tetap segar menggarap lubang nikmat itu dengan lidahnya.
“Agh.. am.. ampun Bas cukup Ibu tak tahan lagi Ibu lemes banget” desis Surti sambil terus meremasi rambut kepala Basuki setelah orgasmenya yang ketujuh atau delapan.
Tulangnya seperti dilolosi. Sementara lidah Basuki masih mempermainkan klitnya, menggigit-gigit kecil, menarik-nariknya. Ibu dan anak sudah tak ingat lagi hubungan darah di antara mereka. Yang penting gejolak nafsu terpenuhi.
Surti tak mampu menggerakkan tubuh lagi ketika Basuki merayapi tubuhnya lalu sekali lagi menancapkan zakar tegarnya ke lubang vagina Surti menggantikan lidahnya.
“Jangan keras-keras, Bas” pinta Surti yang merasa ngilu di vaginanya.
Rupanya Basuki tahu itu dan ia menggerakkan pantatnya dengan santai, tidak tergesa-gesa. Justru kini ia lebih mementingkan pagutan bibir dan lidahnya memasuki mulut Surti. Saling belit, saling sedot, sambil tangannya meremas-remas gundukan gunung kembar Surti hingga puting itu jadi keras.
Sampai berjam-jam lamanya Basuki memperlakukan ibunya seperti itu tanpa sekalipun ia ejakulasi. Sementara Surti entah sudah berapa belas kali orgasme, rasanya habis seluruh maninya. Setelah hampir tiga jam, Basuki berbisik, “Ak aku mau keluar, Bu”
“Jangan di dalam, Bas Ibu bisa hamil”
“Keluar di luar tidak enak, Bu” Basuki meneruskan genjotannya.
Cepat, cepat dan semakin cepat. Surti ikut terlonjak-lonjak mengikuti irama tarikan zakar Basuki. Tak mampu menolak kemauannya sampai akhirnya Basuki kejang-kejang sambil menyemprotkan sperma berliter-liter.
“Creett.. Cruutt..” belasan kali bagai air bah. Lalu tubuh kekar itu diam menelungkupi Surti tanpa mengeluarkan zakarnya dari vagina.
Denyut-denyutnya masih dirasakan Surti. Gila benar ini anak bisa tahan sedemikian lama.
Kelelahan membuat mereka tidur berpelukan. Surti tak ingat lagi untuk pergi ke pasar. Sudah terlalu siang setelah empat jam pergumulan tadi. Justru yang terbayang kini adalah kejadian yang bakal dilaluinya di hari-hari berikut, yakni harus melayani kebutuhan seks si sulung dan bungsu bergantian. Si bungsu di malam hari, dan si sulung di siang hari. Mereka tidak boleh saling tahu.
Namun, bagaimana dengan Banu, anak kedua. Apakah ia juga akan minta jatah untuk menyetubuhinya? Kuatkah Surti menghadapi tiga “pejantan” ini setiap hari? Bagaimana kalau suatu ketika ia digarap mereka bertiga ramai-ramai? Atau sepanjang hari digilir mereka? Surti tak mampu membayangkan itu semua. –

Pemuas Nafsu Papa Tiri

cerita-sex-pemuas-nafsu-papa-tiri

Mamahku adalah seorang waLolita yang disiplin dan keras sedangkan Papahku kebalikannya. Bisa dikatakan Mamahlah yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga. Namun, walaupun Mamah keras di luar rumah aku termasuk cewek nakal dan sering gonta-ganti cowok, tentunya tanpa sepengetahuan Mamahku.

uatu saat, saat aku masih kelas 3 SMU, Mamahku pergi kerumah nenek yang sakit didesa. Mamah akan tinggal di sana selama kurang lebih seminggu. Aku sangat senang sekali karena aku bisa terbebas dari aturan Mamah. Tak akan ada yang memaksa-maksa untuk belajar. Aku juga bebas pulang kapan aja asal jangan sampe terdahului oleh Papahku. Kalau Papah dia selalu kerja sampai malam.
Ooo iya perlu diketahui bahwa papahku itu adalah papah tiri bukan Papah asliku tapi aku sudah menganggapnya seperti papah kandungku, dia menikahi mamahku saat aku masih kecil. Papah kandungku meninggal karena kecelakaan saat pulang bekerja. Langsung singkat saja cerita sexku.

Begini ceritanya waktu aku Pulang sekolah aku mengajak pacarku “Candra” ke rumah. Aku sudah beberapa kali melakukan hubungan intim dengan kekasihku tersebut. Tapi saat aku melakukan hubungan itu tidak pernah merasakan bener-bener yang namanya kenikmatan. Selalu dilakukan dengan terburu-buru sehingga aku tidak nyampe orgasme. Aku penasaran, bagaimana sih nikmatnya orgasme itu??
Aku dan Candra sudah berada di ruang tengah. Kami sangat bebas sekali karena tidak ada orang dirumah sama sekali. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang sedangkan Papah pasti pulangnya pukul 7 malam. Jadi aku memiliki banyak waktu untuk memuaskan berahi seksku. Kami duduk di sofa, Candra dengan segera mencium bibirku dengan ganas. Kurasakan hangatnya bibirnya.
“Aaahhhh..” kurangkulkan tanganku ke lehernya.
Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya juga udah mulai bermain di kedua payudaraku, Aku sangat terangsang. Aku sudah bisa merasakan bahwa Memekku sudah mulai basah. Segera kujulurkan tanganku ke perut bawahnya. Aku merasakan bahwa daerah itu sudah bengkak dan keras. Kucoba membuka resleting celananya tapi agak susah. Dengan segera Candra membukanya untukku. Secara bersamaan, aku pun membuka kemeja sekolahku sekaligus bra yang ku kenakan tapi tanpa mengalihkan pandanganku pada Candra. Kulihat segera setelah celana dalam Candra copot, Kontolnyanya sudah sangat tegang dank eras sekali.
Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang Kontolnya. Kuelus-elus sejenak kedua telurnya, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dengan lembut. Kontolnya kemerah-merahan. Di ujungnya berlubang, kubuka lubang kecil itu, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Candra melenguh. Wajahnya membuatku semakin bergairah.
“Aaaaarrrgggghhh..” kumasukkan saja Penis itu ke mulutku.
Candra melepaskan CDku lalu mempermainkan Memekku dengan jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya itilku. Aku makin bernafsu. Kuhisap Penisnya. Kujilati kepala Kontolnya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut.
“Lit, pindah di lantai saja yuk, lebih bebas!”
Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal. Dibukanya rokku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga bajunya. Sekarang aku dan Candra bener-bener Telanjang bulat. Aku makin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Ternyata Candra naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, yang dikenal dengan gaya 69. Dibukanya kedua pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan lidahnya yang ganas di permukaan Memekku. Bukan itu saja, itilku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara Penisnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak tahan lagi.
“Ndra, ayo masukin saja.”
“Sebentar lagi Lit.”
“Ah.. aku nggak tahan lagi, aku mau Penismu, please!”
Candra memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala Kontolnya sebentar lalu..
“Blleeess..” kontol itu masuk dengan mantap. Niiikkmmaaaat, nikmat sekali. Disodok-sodok, maju mundur…maju mundur.
Aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyangkan juga pantatku. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya.
Tiba-tiba, “Aaah.. Candra keluar..” Dicabut Kontolnya dan pejuhnya berceceran di atas perutku.
“Shiiiiiiit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah,” rengutku dalam hati.
Tapi aku berpikir, “Aaahhh, gak papa babak kedua masih ada.”
Dugaanku meleset. Candra berpakaian dan berkata.
“Lit, sorry yah.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku harus latihan futsal, udah telat nih,” dia memakai bajunya dan dengan terburu-buru. Aku sangat kecewa sekali.
“Kurang ajar anak ini. Dasar egois, emangnya aku PK, cuman memuaskan kamu saja.”
Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Aku berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan membelakanginya, wajahku kuarahkan kesofa.
Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat.
“Ngapain lagi si kurang ajar ini kembali,” pikirku. Tapi aku memasang gaya cuek. Kurasakan pundakku dicolek. Aku tetap cuek.
“Lolita!”
Oh.. ini bukan suara Candra. Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat.
“Papah!” aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, pokoknya hampir mati.
“Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begituan yah. Jangan membantah. Papah lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ini harus dilaporkan sama Mamahmu.”
Aku makin ketakutan, kupeluk lutut Papahku,
“Yah.. jangan Yah, aku mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama,” aku menangis memohon.
Tiba-tiba, Papah mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut.
“Lit, Papah tahu kamu tidak puas barusan. Waktu Papah masuk, Papah dengar suara-suara desahan aneh, jadi Papah jalan pelan-pelan saja, dan Papah lihat dari balik pintu, kamu sedang dientoti lelaki itu, jadi Papah intip aja sampai siap mainnya.”
Aku diam aja tak menyahut.
“Lit, kalau kamu mau Papah puasin, maka rahasiamu tak akan terbongkar.”
“Sungguh?”
Papah tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bagian bawahku yang masih basah. Papah segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat Kontol Papahku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari Kontol si Candra. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Beda benar dengan Candra. Melihat ini saja aku sudah bergetar.
Cerita Seks Pemuas Nafsu Papah Tiriku – Lalu Aku di dudukkan disofa. Pupuku dibukanya sangat lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pupuku. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam Memekku. Aduh, lidah Papahku menjilati Memekku. Dia menjilat lebih lihai, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya itilku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi.
“Oh.. oh.. enak, Yah di situ Yah, enak, nikmat Yah,” tanpa sadar, aku tidak malu lagi mendesah jorok begitu di hadapan Papahku. Papah “memakan” Memekku cukup lama.
Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah kumiliki sebelumnya.
“Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya,” aku tiba-tiba merasa lemas.
Papah mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang kewaLolitaanku. Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, Kontolnya yang besar itu menengadah. Dengan posisi, Papah berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan Penis Papahku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulakukan berulang-ulang. Papah ikut menggoyangkan pantatnya, sehingga Penisnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga bisa kurasakan kepala Kontolnya menyentuh kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya Penis itu di dalam mulutku. Aku ingin segera Papah memasuki lubangku, tapi aku malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin “menelan” Penis yang besar dan panjang.
Tiba-tiba Papah menyeruhku berdiri.
“Mau main berdiri ini,” pikirku.
Rupanya tidak. Papah berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya.
“Masukkan Lit!” ujar Papah.
Kuraih Penis itu lalu kuarahkan ke Memekku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah masuknya, tapi Papah menyodokkan pantatnya ke depan.
“Aduh pelan-pelan, Papah.”
Kemudian berhenti sejenak, tapi Penis itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan Papah tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula Penis itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang Memekku betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi Papahku dengan rakus. Ekspresi Papahku makin menambah nafsuku. Remasan tangan Papahku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyang pantatku dengan irama keras dan cepat.
Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi Papah berkata,
“Stop! Kita ganti posisi. Kamu DoggyStyle dulu.”
“Mau apa ini?” pikirku.
Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala Kontol di permukaan lubangku and then….
“Blleeeess..” Penis itu masuk ke memekku.
Yang begini belum pernah kurasakan. Candra tak pernah main dengan begini, begitu juga Rudi, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Hujaman-hujaman Penis itu terasa menggesek seluruh liang kewaLolitaanku, bahkan hantaman kepala Kontol itupun terasa membentur dasar Memekku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan Papah makin keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat.
Tiba-tiba,
“Auh..oh.. oh..!” kenikmatan itu meladak.
Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan Papah makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya Kontolnya dari lubang Memekku. Dengan gerakan cepat, Papah sudah berada di depanku. Disodorkannya Penisnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan pejuh panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian pejuh tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Papah memelukku dan menciumku,
“Lit, kapan-kapan, kalau nggak ada Mama, kita main lagi yah.” Aku tak menjawab.
Sebagai jawaban, aku menggelayut dalam pelukan Papahku. Yang jelas aku pasti mau. Dengan pacarku aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan Papah, sekali main orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak?
Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, dengan nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi Papahku itu sering kugeluti dan kunikmati. Beginilah kisah permainanku dengan Papahku tiriku.

Dihantam maag, komedian Ade Juwita meninggal dunia di Papua

Dihantam maag, komedian Ade Juwita meninggal dunia di Papua


Satu lagi sosok yang dulu pernah begitu dikenal di layar televisi meninggal dunia. Jika kemarin sosok Misye Arista menghembuskan nafas terakhir di Kediri, maka hari ini duka juga datang dari Papua karena Ade Juwita meninggal dunia.

"Bener (Ade Juwita), meninggalnya tadi pagi," ucap Harry de Fretes yang cukup dekat dengan Ade ketika dihubungi lewat telepon, Jumat (06/11).

Penyebab almarhum meninggal disebut karena penyakit maag yang cukup kronis. Selain itu Ade juga mengalami komplikasi penyakit sehingga tak bisa bertahan dari perawatan.

"Iya, tapi ternyata ada komplikasi juga, kelenjar getah bening," tuturnya.

Harry terakhir kali berhubungan dengan Ade Juwita sekitar tiga minggu silam melalui pesawat telepon. Menurutnya Ade pindah ke Sorong karena cukup sering mendapatkan pekerjaan off air.

"Di Sorong, Irian. Sejak sebulan terakhir dirawat di RS di Sorong," ungkapnya.

Kabar duka meninggalnya komedian yang dulu dikenal lewat LENONG RUMPI ini diketahui Harry dari sahabat dekat Ade. Kehilangan dua sosok senior yang dulu begitu dikenal dari TV tentu menjadi duka tersendiri.

"Yang saya tau seperti itu, warganya lebih banyak di Sorong. Karena kegiatan syuting di sini juga ade gak terlalu sering. Sementara di Sorong ada Raja Ampat, nah Mba Ade Juwita sering isi acara di sana off air. Makannya dia lebih sering di sana," tandasnya.